dina ieu cabang rek mertelakeun kana katerangan anu patali jeng ZAKAT FITRAH, nyaeta zakat pikeun ngabersihan badan.
Zakat fitrah di wajibkeun ka jalma muslimin anu manggihan atawa ngalaman sa juz hirup dina bulan ramadhan jeng sa juz bulan syawal. rek lalaki atawa awewe, rek budak atawa kolot eta kudu di bersihkeun dirina kalawan ngaluarkeun sakulak kadaharan anu sok di jadikeun kakuatan, teges na anu sok di pake dahar unggal poe. jeng ari sakulak na lamun ku kati baghdad eta 5 kati + 1/3 kati, jeng ari sakati na eta 4ons satengah lewih,sami sareng 2kg + 4 ons kalawan kiloan indonesia, jeng lamun di ukur ku cangkeuman eta 4 rau kalawan 2 leungeun anu meujeuh na
Kamis, 08 Juni 2017
Senin, 05 Juni 2017
Larangan Keras Berfatwa Langsung Dari Al Qur'an Dan Hadits Tanpa Kitab Kuning
Akhir zaman ini banyak Orang-orang yang belum Mumpuni ilmu
Agama Islam sudah berani Menghukumi suatu masalah berdasarkan pemikiran
mereka sendiri yang mereka dapatkan dari terjemahan satu-dua Hadits Nabi
tanpa memandang Kaidah-kaidah yang telah ditetapkan Oleh para Ulama
terdahulu.
Padahal keilmuan Orang-orang pada Zaman Akhir (kurun setelah Imam Empat Madzhab) sangat jauh dibanding para ulama terdahulu, orang-orang sekarang banyak yang tidak fair dalam menggunakan hadits, semangat dalam berfatwa hanya dengan beberapa hadits tapi mengabaikan Hadits-hadits lain yang jauh lebih harus dipertimbangkan, Hafal satu dua Hadits saja sudah berani MEMBID'AH-BID'AH KAN SUATU GOLONGAN YANG TIDAK SEPAHAM, MENGKAFIR KAN SESAMA MUSLIM, MEMUSYRIKAN AMALAN2 SESAMA MUSLIM DLL. padahal Kalau kita lihat sejarah Para Ulama Salaf, mereka Hafal ratusan ribu Hadits akan tetapi mereka tetap bermadzhab dan menhukumi masalah berdasarkan ijtihad Imam Madzhab.
Jauh-jauh Hari para Ulama sudah memperingatkan kepada Umat untuk Berhati-hati dalam menyampaikan agama Islam, salah satunya yang disampaikan dalam Kitab Bughyatul Musytarsyidin Berikut Ini:
Padahal keilmuan Orang-orang pada Zaman Akhir (kurun setelah Imam Empat Madzhab) sangat jauh dibanding para ulama terdahulu, orang-orang sekarang banyak yang tidak fair dalam menggunakan hadits, semangat dalam berfatwa hanya dengan beberapa hadits tapi mengabaikan Hadits-hadits lain yang jauh lebih harus dipertimbangkan, Hafal satu dua Hadits saja sudah berani MEMBID'AH-BID'AH KAN SUATU GOLONGAN YANG TIDAK SEPAHAM, MENGKAFIR KAN SESAMA MUSLIM, MEMUSYRIKAN AMALAN2 SESAMA MUSLIM DLL. padahal Kalau kita lihat sejarah Para Ulama Salaf, mereka Hafal ratusan ribu Hadits akan tetapi mereka tetap bermadzhab dan menhukumi masalah berdasarkan ijtihad Imam Madzhab.
Jauh-jauh Hari para Ulama sudah memperingatkan kepada Umat untuk Berhati-hati dalam menyampaikan agama Islam, salah satunya yang disampaikan dalam Kitab Bughyatul Musytarsyidin Berikut Ini:
ـ (مسألة: ك): شخص طلب العلم، وأكثر من مطالعة الكتب المؤلفة
من التفسير والحديث والفقه، وكان ذا فهم وذكاء، فتحكم في رأيه أن جملة هذه
الأمة ضلوا وأضلوا عن أصل الدين وطريق سيد المرسلين ، فرفض جميع مؤلفات أهل
العلم، ولم يلتزم مذهباً، بل عدل إلى الاجتهاد، وادّعى الاستنباط من
الكتاب والسنة بزعمه، وليس فيه شروط الاجتهاد المعتبرة عند أهل العلم، ومع
ذلك يلزم الأمة الأخذ بقوله ويوجب متابعته، فهذا الشخص المذكور المدَّعي
الاجتهاد يجب عليه الرجوع إلى الحق ورفض الدعاوى الباطلة، وإذ طرح مؤلفات
أهل الشرع فليت شعري بماذا يتمسك؟ فإنه لم يدرك النبي عليه الصلاة والسلام،
ولا أحداً من أصحابه رضوان الله عليهم، فإن كان عنده شيء من العلم فهو من
مؤلفات أهل الشرع، وحيث كانت على ضلالة فمن أين وقع على الهدى؟ فليبينه لنا
فإن كتب الأئمة الأربعة رضوان الله عليهم ومقلديهم جلّ مأخذها من الكتاب
والسنة، وكيف أخذ هو ما يخالفها؟ ودعواه الاجتهاد اليوم في غاية البعد كيف؟
وقد قال الشيخان وسبقهما الفخر الرازي: الناس اليوم كالمجمعين على أنه لا
مجتهد، ونقل ابن حجر عن بعض الأصوليين: أنه لم يوجد بعد عصر الشافعي مجتهد
أي: مستقل، وهذا الإمام السيوطي مع سعة اطلاعه وباعه في العلوم وتفننه بما
لم يسبق إليه ادعى الاجتهاد النسبي لا الاستقلالي، فلم يسلم له وقد نافت
مؤلفاته على الخمسمائة، وأما حمل الناس على مذهبه فغير جائز، وإن فرض أنه
مجتهد
مستقل ككل مجتهد ـ اهـ بغية المسترشدين ص ٦ المرجع الأكبر
‘’
Ada orang orang yang pandai dan cerdas, banyak
mempelajari kitab kitab karangan ulama salaf, baik itu tafsir, hadits,
maupun ilmu fiqih, kemudian menghukumi suatu masalah dengan pendapatnya
sendiri, maka orang yang seperti ini adalah orang yang sesat dan
menyesatkan yang justru menjauhkan dari pokok agama yang benar dan jalan
Pemimpin para Rasul yaitu Nabi Muhammad Saw
.
Mereka menolak kitab kitab ulama salaf yang yang notabene
adalah ahli ilmu, mereka menyuarakan tentang tidak wajibnya bermadzhab
dan mengarahkan kepada pemahaman agama dari hasil ijtihadnya sendiri,
mereka mengaku beristinbath (menggali Hukum) langsung kepada Al-Qur'an
dan Sunnah dengan pemahaman sendiri, sedang mereka tidak memenuhi
kriteria syarat syarat berijtihad yang sudah masyhur bagi ahli ilmu,
mereka mewajibkan masyarakat untuk mengikuti hasil ijtihad mereka
Maka untuk orang orang yang seperti diatas (yang mengaku ngaku berijtihad langsung / menggali hukum langsung dari Al-Qur'an dan Sunnah) wajib atas mereka bertaubat dan kembali kepada jalan kebenaran (sesuai pemahaman mayoritas ulama salaf) dan masyarakat wajb menolak ajakan mereka yang bathil.
Maka untuk orang orang yang seperti diatas (yang mengaku ngaku berijtihad langsung / menggali hukum langsung dari Al-Qur'an dan Sunnah) wajib atas mereka bertaubat dan kembali kepada jalan kebenaran (sesuai pemahaman mayoritas ulama salaf) dan masyarakat wajb menolak ajakan mereka yang bathil.
Apabila kitab-kitab karangan para ulama salaf
dikesampingkan (tidak dipakai), maka dengan apa seseorang memahami agama
ini yang selanjutnya dipakai untuk pedoman hidup ?
Padahal dia tidak bertemu langsung dengan Nabiyyuna Muhaamad SAW, juga tidak bertemu dengan para Sahabat Nab.
Bila kebetulan dia mempunyai sesuatu kitab karangan ulama salaf lalu dia mempelajarinya sendiri, lalu dalam proses memahami kitab tersebut dia salah pemahaman , maka kepada siapa dia akan minta petunjuk untuk membenarkan pemahamannya ? Silakan jelaskan kepada kami !
Padahal dia tidak bertemu langsung dengan Nabiyyuna Muhaamad SAW, juga tidak bertemu dengan para Sahabat Nab.
Bila kebetulan dia mempunyai sesuatu kitab karangan ulama salaf lalu dia mempelajarinya sendiri, lalu dalam proses memahami kitab tersebut dia salah pemahaman , maka kepada siapa dia akan minta petunjuk untuk membenarkan pemahamannya ? Silakan jelaskan kepada kami !
Sesungguhnya kitab kitab karya para Imam Agung empat
Madzhab dan para ulama yang taqlid (mengikuti) kepada mereka, Sumbernya
adalah Al-Qur'an dan Sunnah,
Bagaimana proses ijtihadnya sehingga menyelisihi pendapat pendapat mereka ?
Kenapa mereka mereka yang saat ini mengaku berijtihad langsung dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah menghasilkan pendapat dan pemikiran yang sangat jauh dari para Imam Madzhab yang empat diatas ?
Bagaimana proses ijtihadnya sehingga menyelisihi pendapat pendapat mereka ?
Kenapa mereka mereka yang saat ini mengaku berijtihad langsung dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah menghasilkan pendapat dan pemikiran yang sangat jauh dari para Imam Madzhab yang empat diatas ?
Berkata Al-Imam Asy-Syaikhoni dan pendahulu mereka Al-Imam
Al-Fakhrur Rozi : Orang-orang zaman sekarang ini ibarat perkumpulan
banyak orang hanya saja tidak ada mujtahid di dalamnya.
Syaikh Ibnu Hajar menuqil fatwa dari sebagian para Ahli
Ushuluddin: Sesungguhnya setelah kurun masa Imam Syafi'i tidak ditemukan
lagi seorangpun yang mencapai derajat mujtahid mustaqil (Mujtahid yang
menggali langsung Al-Qur'an da Sunnah).
Contoh terdekat , Imam As-Suyuthi yang dikenal luas ilmunya
dan mengusai berbagai fan ilmu, beliau berijtihad dengan nisbi
(mengikuti pendapat dari Imam Syafi'i), bukan seorang mujtahid mustaqil,
kenapa beliau tidak berani ? padahal kitab kitab karangan beliau sangat
banyak , tidak kurang dari 500 (lima ratus) kitab .
Sesunguhnya orang orang yang menggali hukum sendiri seperti
layaknya seorang mujtahid mustaqil dan menganggap hasil ijtihad mereka
benar , hal itu tidak diperbolehkan, walaupun mereka memastikan bahwa
mereka adalah seorang mujtahid mustaqil, seperti layaknya mujtahid zaman
dahulu’’.
Langganan:
Postingan (Atom)